Selasa, 18 November 2008

MENUJU AKHIRAT

MENUJU AKHIRAT

Perjalanan manusia telah dimulai sejak Nabi Adam as. pada tahun yang
belum diketahui hitungan pastinya. Kita pun melihat anak-anak Adam dari
generasi ke generasi telah menyelesaikan perjalanannya ke akhirat
melalui dunia ini. Ada yang membutuhkan waktu 100 tahun, 500 tahun, 1.000
tahun, dan kini rata-rata hanya 60-an tahun. Betapa singkatnya waktu
tempuh yang dibutuhkan manusia di dunia ini untuk sampai ke akhirat. Bahkan
jika diukur dengan hari-hari di akhirat, dimana sehari di sana sama
dengan seribu hari di sini, berarti tidak ada satu pun umur manusia di
bumi ini yang melebihi sehari di akhirat. Nabi bersabda, bahwa perjalanan
di dunia ini ibarat orang menyeberang jalan saja. Sungguh sangat
sebentar. Tapi, justru yang sebentar ini banyak membuat orang lupa. Ia
mengira dunia ini tempat tujuannya. Padahal dunia adalah mazra''atul akhirah
(tempat menanam untuk akhirat). Di sinilah kita menanam, tapi di
sanalah kita memanen.

Tak satu pun manusia akan lepas dari kematian, karena kematian adalah
salah satu ''terminal'' di tengah perjalanan yang harus kita lewati,
bahkan menjadi tempat berhenti sejenak. Bagaikan orang bernaung di bawah
rindangnya pohon di tengah perjalanan untuk melepas lelah barang
sebentar, lalu melanjutkan perjalanannya kembali sampai ke tujuannya, yakni
''''ibu kandungnya''''. Sebagaimana dituturkan dalam Alquran,
''''....adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka ''ibunya''
adalah Hawiyah. Tahukah kami, apakah Hawiyah itu? (Yaitu) api yang
sangat panas''''. (QS.101:8-11).

Setiap perjalan pasti membutuhkan perbekalan. Apalagi perjalanan yang
sangat jauh, tentunya bekalnya pun harus cukup supaya selamat sampai
tujuan. Bedanya, perjalanan ke akhirat bekalnya tidak berbentuk materi,
melainkan amal perbuatan. Setiap orang mempunyai catatan amalnya
masing-masing yang dibukukan dalam sebuah kitab,'''' ....di sisi Kami ada suatu
kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dizalimi''''.

(QS.23:62). Yakni kitab tempat para malaikat menuliskan
perbuatan-perbuatan seseorang dengan sejujur-jujurnya tanpa pilih kasih, biarpun buruk
atau baik, yang akan dibacakan pada hari kiamat. Ketika setiap manusia
menghadap Allah satu per satu, maka dikatakan padanya: ''''Inilah
kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya
Kami telah menyuruh (para malaikat) mencatat apa saja yang telah kamu
kerjakan''''. (QS.45:29).

Bagi orang-orang yang timbangan kebaikannya ringan, artinya perbuatan
dosanya lebih besar, maka ''''ibu kandungnya'''' (baca: tempat
kembalinya) adalah Hawiyah. Sedangkan orang-orang yang timbangan kebaikannya
berat, ''''...maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan''''.
(QS.101.7) Siapakah mereka itu? Bagi seorang muslim, dunia bukanlah tujuan.
Dunia adalah ibu tiri. Dunia bukanlah ibu yang melahirkan kita. Kita
adalah anak-anak akhirat. Akhirat adalah ''''ibu kandung'''' kita. Akhirat
adalah ''''ibu'''' kita yang sebenarnya. Yang selalu menjadi tempat kita
mencurahkan cinta dan penuh harap. Di sanalah kita menuju dan tempat
berakhir. Di sanalah peluk cium yang kita dambakan selama ini. Dunia
adalah tempat kita ditempa, dididik, dan diuji. Siapa yang lulus semua
ujian itu, merekalah yang berhak diterima di pangkuan ''''ibu'''' di
surga. Tapi, siapa pun mereka yang gagal, tempatnya adalah di Hawiyah, yakni
api neraka yang bergejolak. Semoga kita semua diterima sebagai
anak-anak akhirat yang berbakti pada ''''ibu'''' dan mendapat tempat yang
memuaskan.

Sumber: Menuju Akhirat oleh Fauzan Al-Anshari

Tidak ada komentar: